Article Update :

Contoh Opini Tentang Budaya

Wednesday, February 6, 2013



Berikut ini adalah contoh opini tentang budaya yang beberapa bulan lalu menjadi tranding topik diindonesia.
===========================================

“Ngangkang Style” Ala Mahasiswa
Oleh : Muhammad Irfan Redha

Apakah anda rela jika melihat adik perempuan anda berboncengan dengan lelaki non muhrimnya? Apakah anda rela jika anak wanita anda diboncengi oleh lelaki dengan sangat mesra, mengalahkan kemesraan orang yang telah menikah? Coba Tanya pada hati nurani anda masing-masing. Penulis meyakini tidak ada yang rela dengan hal diatas. Kalau anda rela, maka masih perlu dipertanyakan. itu saudara anda atau bukan? Umat islam di aceh saudara anda atau bukan? Umat islam yang berada di lhoksemawe saudara anda atau bukan? Bukankah sesama umat islam itu bersaudara? Namun apakah anda rela jika marwah kaum wanita tercoreng akibat kita tidak menegur sanak saudara kita yang berboncengan mesra dengan orang yang bukan muhrimnya.

Adanya pro dan kontra dalam masalah keputusan amir (pemimpin) lhoksemawe pada kalangan masyarakat itu menjadi hal yang biasa. Toh, setiap ada kebaikan, maka ada pula yang akan memadamkannya. Namun perlu dipertanyakan lagi, seperti pertanyaan diatas. Ini bukan masalah bisa atau tidaknya duduk ngangkang di belakang teman lelakinya namun ini adalah suatu bentuk kepedulian amir lhoksmawe dalam mencegah kemungkaran.

Bahkan didalam hadis arba’in telah dijelaskan. “Dari Abu Sa'id Al Khudri radhiyallahu anhu, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda : “Barang siapa di antaramu melihat kemungkaran, hendaklah ia merubahnya (mencegahnya) dengan tangannya (kekuasaannya) ; jika ia tak sanggup, maka dengan lidahnya (menasihatinya) ; dan jika tak sanggup juga, maka dengan hatinya (merasa tidak senang dan tidak setuju) , dan demikian itu adalah selemah-lemah iman”.  (Riwayat muslim)

Jika kita telisik perkataan rasulullah SAW, hal yang dilakukan amir lhoksemawe sudahlah pantas. Karena beliau memiliki kekuasaan. Namun alangkah sayangnya jika kita menertawakan kebijakan wali kota tersebut. Itu sama saja kita menginjak-injak harga diri kita. Kenapa? Sudah tahu kita masih sebagai rakyat biasa, dan kita tidak mampu mencegah kemungkaran dengan kekuasaan malah kita tidak mampu menasehati mereka dengan lisan. ini malah menertawakannya? na'uzubillahiminzalik. dan malah yang paling buruk, kita tidak sanggup menolak dengan hati. Apakah kita pantas disebut sebagai umat rasulullah? apakah kita masih beriman?

Sekarang Tanya lagi kepada hati nurani kita masing-masing. Apakah anda tertawa saat kebijakan itu muncul?  kalau kita tertawa berarti anda... ? silahkan dijawab masing-masing.

Ketetapan memakai rok di Kampus
Ini merupakan satu solusi untuk tidak duduk “sembarangan” karena ditakutkan dapat mengganggu kenyamanan hati manusia yang melihatnya. Saat ini baru sedikit kampus yang mewajibkan para wanita untuk memakai rok. Kita ambil contoh, Pada Universitas Syiah Kuala, Kampusnya Jantong Hate Rakyat Aceh, baru Di FKIP yang masih patuh terhadap himbauan memakai rok bagi wanita. Alasannya calon guru itu mesti sopan dan rapi. Selain itu di Fakultas kedokteran juga sudah mulai. Tindakan dosen yang menyuruh pulang jika tidak memakai rok merupakan tindakan yang patut di contoh. Namun bagi calon ekonom maupun Fakultas lain belum diterapkan secara maksimal. Hal ini tampak dari keseharian kita jika melihat ke fakultas-fakultas masih banyak mahasiswi yang memakai celana. Bahkan ada yang nekat memakai celana ketat. Astaghfirullah. Jika alasannya susah dalam beraktifitas saat memakai rok. Maka perlu kita tanyakan kepada adik-adik di sekolah. Apakah mereka keberatan jika memakai rok? Atau bila perlu, Tanya kepada mahasiswi Malikussaleh, apakah keberatan jika memakai rok. Atau kepada kampus tetangga, IAIN. 

Sebenarnya tidak ada alasan lagi bagi wanita untuk tidak memakai rok dalam mengikuti perkuliahan maupun dalam beraktifitas dalam kehidupan sehari-hari. Toh, rok yang dipakai adalah rok yang tidak ketat. Yang disebut sebagai hijab.

Bagi perempuan yang memakai celana jean kekampus, Mungkin Perlu Tanya lagi sama diri masing-masing. “apakah saya pantas memakai jean ketat dikampus”. Mereka mempertontonkan lekuk tubuhnya yang tidak ditutupi hijab. Dan wibawa perempuan akan hilang karena itu. Inginnya kewajiban memakai rok di kampus menjadi ketetapan di semua kampus, khususnya di Aceh. Bukanlah memakai hijab itu cukup dengan memakai jilbab atau kerudung. Akan tetapi menutupi setiap lekuk tubuhnya. Agar tidak memancing perlakuan negative dari kaum adam.

Ini merupakan langkah konkrit agar tidak terjadi “salah duduk” bagi saudaraku yang mahasiswi. Karena mengingat betapa banyaknya yang pro dan kontra terhadap isu peraturan dilarang ngangkang yang dikeluarkan wali kota lhoksemawe ini. Kalau dari pihak mahasiswi kampus sudah diterapkan untuk memakai rok, maka hal ini akan meminimalisir adanya duduk ngangkang yang kita maksudkan.

 “Tugas amar ma’ruf dan nahi mungkar tidak hanya menjadi kewajiban para penguasa, tetapi tugas setiap muslim”. Nah, masih bingung kalau anda hanya diam saja melihat teman kampus wanita anda dibonceng oleh lelaki yang bukan muhrimnya. Apapun alasannya mari kita cegah semampu kita. Bukan menertawai kebijakan pemerintah yang notabene masih saudara kita seiman.

Sebagai subtansial tulisan ini adalah, janganlah kita menertawakan ketetapan/peraturan yang dikeluarkan oleh Pemimpin kita. Yang notabene nya dapat mendekatkan diri kita kepada Tuhan. Sebagai para pemimpin jabatan, dimanapun ia berada, marilah sama-sama menghimbau kepada bawahannya agar tidak lagi memakai celana ketat ke instansi yang ia pimpin. Akhirnya, marilah sama-sama kita menepuk dada kita masing-masing dan tanyakan kepadanya. “apakah saya rela jika saudara perempuanku dibonceng oleh lelaki yang tidak saya kenal?”. Wallahu a’lam bishshawab.

Biodata Penulis: Muhammad Irfan Redha, seorang mahasiswa FKIP UNSYIAH, sebagai duta aceh untuk “National Future Educators Conference 2012” di Jakarta.
Share this Article on :

0 comments:

Post a Comment

 

© Copyright Muhammad Irfan Redha 2012 -2013 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by M.Irfan Redha | Powered by Blogger.com.