Article Update :

Belajar dari Tukang pangkas

Sunday, November 4, 2012

Banyak tempat kita belajar untuk memperbaiki kualitas diri. Salah satunya ialah dari organisasi. Disana sekelompok orang mulai memikirkan tujuan agar klompok itu bisa mandiri. 

Disebuah organisasi, tentu ada ketua dan anggota. Tanpa adanya ketua maka anggota akan bingung kemana mereka akan pergi. Begitu juga sebaliknya, jika anggota tidak ada, maka ketua akan merasa hening tiada yang mengoreksi.

Sebenarnya ketua dan anggota merupakan perpaduan yang epik. Sama seperti presiden dan para mentri atau Ibarat presiden dan DPR. Sehingga apabila salah satunya tidak sepakat, maka agenda yang akan dilaksanakannya akan kacau. Bahkan agendanya tidak akan dilaksanakan sama sekali. Namun apa kaitanya dengan judul diatas? “belajar dari tukang pangkas”.
Sesekali kiranya kita perlu belajar dari Hal yang tampak nyata. Yaitu dari tukang pangkas. Bukan belajar baca tulis dan hitung. Melainkan belajar tentang bagaimana mengorganisir setiap agenda yang akan kita lakukan. Bagaimana komunikasi yang baik agar smuanya berjalan dengan lancar.

Coba kita perhatikan, sebelum tukang pangkas memangkas rambut kita, tentu saja ia akan bertanya “pangkas model apa bang?”. Dari awal ini saja kita sudah mendapat pelajaran pertama, yaitu penyatuan visi. Namun apa jadinya jika keinginan tukang pangkas berbeda dengan keinginan yang dipangkas. Tentu saja akan mengakibatkan saling gontok-gontokan.
Setelah tukang pangkas memangkas rambut kita, tentu ia bertanya lagi, “bagaimana bang? Sudah segini saja?”. Pelajaran kedua yang kita dapatkan yaitu mengoreksi dan meminta pendapat, apakah sesuai seperti yang kita inginkan atau tidak. “yang dibagian atas di cincang saja bang”. Nah, disini kita akan memulai memadukan antara keinginan dengan kemampuan sang tukang pangkas. Jika tukang pangkas belum mahir menyincang rambut tentu ia akan mengakui dengan jujur. “maaf bang, belum pernah coba kalau pangkas cincang, gimana kalau di rapikan saja?” nah, tukang pangkas meminta maaf dan memberikan alternative lain yang dapt ia lakukan demi kepuasan pelanggannya. Lagi-lagi adanya penyatuan keinginan disana. Sama Halnya juga dengan pemimpin di sebuah instansi maupun di organisasi. Perlu adanya penyamaan persepsi dengan para anggota. Toh yang bekerja juga sama-sama walaupun para anggota yang akan lebih extra dalam hard work nya, sedangkan ketua sebagai pengisi di soft worknya.

Kembali lagi ketukang pangkas, setelah rambutnya beres di jadikan kepala baru, tentu saja ada pertanyaan lagi, “kumisnya diapain mas?, trus jenggotnya di cukur apa ndak?” dari sini kita belajar setelah kegiatan inti selesai alangkah indahnya apabila kegiatan dalam organisasi harus indah juga dipandang mata, tanpa ada cacatnya. 

Inti dari tulisan ini adalah, dalam berorganisasi maupun dalam instansi pemerintah, perlu adanya komunikasi. Bukan hanya komunikasi dari satu pihak, tetapi antara dua belah pihak, agar sama-sama bisa mengetahui apa tujuan yang kita laksanakan.
Share this Article on :

0 comments:

Post a Comment

 

© Copyright Muhammad Irfan Redha 2012 -2013 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by M.Irfan Redha | Powered by Blogger.com.