Banyak
tempat kita belajar untuk memperbaiki kualitas diri. Salah satunya ialah dari
organisasi. Disana sekelompok orang mulai memikirkan tujuan agar klompok itu bisa
mandiri.
Disebuah
organisasi, tentu ada ketua dan anggota. Tanpa adanya ketua maka anggota akan
bingung kemana mereka akan pergi. Begitu juga sebaliknya, jika anggota tidak
ada, maka ketua akan merasa hening tiada yang mengoreksi.
Sebenarnya
ketua dan anggota merupakan perpaduan yang epik. Sama seperti presiden dan para
mentri atau Ibarat presiden dan DPR. Sehingga apabila salah satunya tidak
sepakat, maka agenda yang akan dilaksanakannya akan kacau. Bahkan agendanya
tidak akan dilaksanakan sama sekali. Namun apa kaitanya dengan judul diatas?
“belajar dari tukang pangkas”.
Sesekali
kiranya kita perlu belajar dari Hal yang tampak nyata. Yaitu dari tukang
pangkas. Bukan belajar baca tulis dan hitung. Melainkan belajar tentang
bagaimana mengorganisir setiap agenda yang akan kita lakukan. Bagaimana
komunikasi yang baik agar smuanya berjalan dengan lancar.
Coba
kita perhatikan, sebelum tukang pangkas memangkas rambut kita, tentu saja ia
akan bertanya “pangkas model apa bang?”. Dari awal ini saja kita sudah mendapat
pelajaran pertama, yaitu penyatuan visi. Namun apa jadinya jika keinginan
tukang pangkas berbeda dengan keinginan yang dipangkas. Tentu saja akan
mengakibatkan saling gontok-gontokan.
Setelah
tukang pangkas memangkas rambut kita, tentu ia bertanya lagi, “bagaimana bang? Sudah
segini saja?”. Pelajaran kedua yang kita dapatkan yaitu mengoreksi dan meminta
pendapat, apakah sesuai seperti yang kita inginkan atau tidak. “yang dibagian
atas di cincang saja bang”. Nah, disini kita akan memulai memadukan antara
keinginan dengan kemampuan sang tukang pangkas. Jika tukang pangkas belum mahir
menyincang rambut tentu ia akan mengakui dengan jujur. “maaf bang, belum pernah
coba kalau pangkas cincang, gimana kalau di rapikan saja?” nah, tukang pangkas
meminta maaf dan memberikan alternative lain yang dapt ia lakukan demi kepuasan
pelanggannya. Lagi-lagi adanya penyatuan keinginan disana. Sama Halnya juga
dengan pemimpin di sebuah instansi maupun di organisasi. Perlu adanya penyamaan
persepsi dengan para anggota. Toh yang bekerja juga sama-sama walaupun para
anggota yang akan lebih extra dalam hard work nya, sedangkan ketua sebagai
pengisi di soft worknya.
Kembali
lagi ketukang pangkas, setelah rambutnya beres di jadikan kepala baru, tentu
saja ada pertanyaan lagi, “kumisnya diapain mas?, trus jenggotnya di cukur apa ndak?”
dari sini kita belajar setelah kegiatan inti selesai alangkah indahnya
apabila kegiatan dalam organisasi harus indah juga dipandang mata, tanpa ada
cacatnya.
Inti dari tulisan ini adalah, dalam berorganisasi maupun dalam instansi pemerintah, perlu adanya komunikasi. Bukan hanya komunikasi dari satu pihak, tetapi antara dua belah pihak, agar sama-sama bisa mengetahui apa tujuan yang kita laksanakan.
0 comments:
Post a Comment