Article Update :

Maba Ajang Balas Dendam Mala

Wednesday, September 18, 2013

Masa orientasi atau yang sering juga disebut ospek merupakan agenda rutin yang dilakukan pada saat mahasiswa baru menginjakkan kakinya di ranah Perguruan Tinggi. Berbagai macam jenis kegiatan sudah barang tentu dipersiapkan secara matang oleh panitia yang notabenenya senior-senior di Kampus. Beban yang diembankan kepada mahasiswa Baru juga berfariasi dan terkadang tidak dapat diterima oleh akal sehat kita. Dari membawa peralatan yang diluar logika, ada yang disuruh merayu lawan jenis, bahkan ada juga yang disuruh menghormati tengkorak selama beberapa jam. Sungguh menjadi ajang pembunuhan karakter bagi mahasiswa baru dan sudah barang tentu hal itu menyalahi aturan agama.

Kegiatan ospek yang sejatinya mengenalkan kawasan kampus, pengenalan dosen, mahasiswa lama (mala) kepada mahasiswa baru (maba), kini disulap menjadi ajang pembalasan sakit hati yang sudah terjadi secara turun temurun di kampus. Oleh sebab itulah para petinggi di universitas sampai mengedarkan surat edaran larangan mengadakan ospek nomor 2604/H11/KM/2009. Karena dinilai merugikan dan membahayakan mahasiswa baru.

Namun, yang namanya mahasiswa yang sudah dari awal tersakiti karena ulah senior yang diluar batas tidak memupuskan idenya dalam mengospek ulang maba. Ada yang namanya di poles menjadi silaturrahmi anak baru, pengenalan kampus, dan bahkan ada yang mengatas namakan baksos. Kalau ditinjau dari bahasa yang dipakai panitia, otomatis mahasiswa tidak curiga akan terjadinya yang tidak diinginkan dan bahkan ada yang sangat antusias mengikuti kegiatan yang panitia persiapkan. Namanya boleh berbeda tetapi konten acaranya senantiasa merujuk kepada rowndown ospek-ospek sebelumnya.

Memang tidak ada salahnya jika mahasiswa mengadakan acara penyambutan mahasiswa baru. Tapi alangkah baiknya, jangan sampai terjadi yang tidak mengenakkan, bahkan sampai merengut nyawa. Seperti yang terjadi di Universitas Muslim Indonesia, Makasar. Hampir setiap tahun kita mendengar adanya korban meninggal saat ospek berlangsung. Jumlah yang sakit, jangan ditanya lagi. Puluhan bahkan ratusan mahasiswa mengalami sakit akibat ulah para senior kampus yang semena-mena dalam “mendidik” adik-adik baru.

Universitas yang harum namanya di Aceh juga tidak mau ketinggalan dalam menorehkan prestasi buruk bagi orang tua korban. Seperti yang terjadi di Fakultas Pertanian. Salah seorang mahasiswa baru yang mengikuti –katanya baksos- jatuh pingsan dan bahkan langsung dibawa puskesmas terdekat, akhirnya diboyong keluarganya ke Medan untuk menjalani rawat inap selama 3 hari di rumah sakit. Dan sampai detik ini, orang tua korban tidak mengijinkan anaknya untuk kembali ke kampus yang dipilih anaknya karena rasa kesal yang dialami oleh orang tua korban. Bagaimana tidak kesal, jika sang anak kesayangannya di jemur dari pagi sampai tengah hari.

Entah perlakuan apa yang telah dilakukan seniornya sehingga korban mengalami hal yang sangat tragis. Rasanya tidak mungkin, ada “baksos” yang menyebabkan mahasiswa sampai opname selama 3 hari dirumah sakit kalau tidak di “apa-apain”. Itulah mahasiswa, berbagai upaya dilakukan dalam membalaskan amarahnya, persis seperti saat seniornya dulu memperlakukan ia dengan keras.

Menurut opini penulis, ada beberapa alasan mengapa sampai terjadi hal yang sudah diluar batas ini. Pertama, kurang adanya pengawasan dari dosen. Padahal kalau kita lihat dari jurusan, sudah memang ada dosen-dosen yang memang ditugaskan dalam membina mahasiswa. Lagi-lagi memang beberapa mahasiswa yang jahil sengaja mencari cara agar dosen Pembina tidak hadir pada saat ospek yang tengah berlangsung. Maka boleh di tebak kejadian apa yang bakal terjadi. Mahasiswa senior bahkan alumni-alumni yang kurang kerjaan juga ikut “ngusili” maba.

Kedua, karena ada dendam kesumat dari awal yang telah diwariskan sejak dahulu. Karena mahasiswa yang mengospek juga mengalami kejadian parah saat mereka di ospek. Namanya juga mahasiswa baru, kalau menentang atau melawan senior boleh jadi akan di perparah lagi. Bahkan maba di ancam jika menolak mengikuti ospek yang diadakan para seniornya. Ketiga, tidak adanya sanksi yang tegas dari pihak Universitas dalam memberantas tindak kekerasan yang dilakukan para senior-senior di kampus. Dari kejadian-kejadian jatuh pingsan, dilecehkan dibentak-bentak bahkan di suruh memakan makanan yang telah dimakan temannya apakah itu bukan tindakan kekerasan yang semestinya di hentikan. Namun lagi-lagi tidak ada sanksi konkrit yang diberlakukan pihak kampus dalam mengatasi masalah pelecehan secara tidak langsung ini. kalaupun ada sanksi khusus yang diberlakukan pihak kampus, namun tidak ada pemblusukan secara langsung yang dilakukan oleh pihak kampus. seolah-olah mereka buta dan acuh terhadap tindakan abnormal ini.

Semestinya, kejadian yang diluar batas itu tidak akan terjadi jika dosen pembinanya peduli terhadap mahasiswa. Dosen Pembina juga sudah ada jatah khusus yang diberikan atasan untuk membina mahasiswanya. Jadi sungguh dipertanyakan jika sikap dosen tersebut acuh terhadap perlakuan kekerasan yang telah dilakukan oleh mahasiswanya. Yang kedua, semuanya tidak akan terulang apabila mahasiswa yang sudah terlanjur diospek dengan kekerasan dan perlakuan aneh oleh seniornya dahulu bisa memaafkan kejadian yang telah mereka alami dahulu. Bukankah memaafkan lebih indah dari pada pembalasan dendam kepada orang yang salah? Bahkan dalam agama juga kita telah diajarkan untuk memaafkan dan melenyapkan sikap dendam yang ada dihati kita. Ketiga, semuanya tidak akan terjadi apabila sanksi yang diberlakukan dikampus benar-benar berjalan. Agar menjadi memo bagi Mala yang ingin melecehkan bahkan berlaku kasar kepada mahasiswa baru. perlu adanya sanksi yang tegas, umpama diskor selama 1 semester atau sanksi yang lain. Yang dianggap dapat merubah tindakan mahasiswa yang sudah terlanjur “kurang kerjaan” tersebut.

Ospek yang baik itu bagaimana?
Ditelaah dari namanya orientasi pengenalan kampus, berarti ospek bertujuan memberi pemahaman kepada mahasiswa baru tentang sistem perkuliahan yang baru. Selain itu dikenalkan bagaimana strategi pembelajaran yang dianut mahasiswa. Oleh sebab itu ada seminar yang mengupas hal tersebut di masing-masing kampus.

Selain pengenalan sistem perkuliahan ospek juga bertujuan sebagai ajang silaturrahim antar maba dengan mala. Caranya mungkin mahasiswa lama lebih mengetahui. Bukan dengan perlakuan yang semena-mena seperti yang di jelaskan di atas. Gelar Maha dari siswa juga akan tercoreng jika sampai memperlakukan maba secara tidak wajar.

          Sudah sewajarnya bagi kita selaku umat yang baik, dapat memilah yang buruk dan memilih yang benar. Sejatinya mahasiswa baru juga ingin kakak letingnya sayang kepada mereka begitu juga sebaliknya. Sudah fitrahnya manusia untuk dihargai dan dihormati. Jadi bagi siapa saja yang ingin dihormati maka mulailah sejak dini menghormati orang lain. Dan sudah sewajarnya pula bagi mahasiswa baru, jangan sungkan-sungkan untuk menolak/menentang perbuatan yang di anggap berlebihan daripada ulah senior yang terkadang usil. Pesan penulis juga kepada pihak kampus agar segera mengusut tuntas kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada saat ospek berlangsung. Jangan sampai ada yang meninggal dahulu baru di usut dengan tergopoh-gopoh.

Share this Article on :

0 comments:

Post a Comment

 

© Copyright Muhammad Irfan Redha 2012 -2013 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by M.Irfan Redha | Powered by Blogger.com.