Masa
orientasi atau yang sering juga disebut ospek merupakan agenda rutin yang
dilakukan pada saat mahasiswa baru menginjakkan kakinya di ranah Perguruan Tinggi.
Berbagai macam jenis kegiatan sudah barang tentu dipersiapkan secara matang
oleh panitia yang notabenenya senior-senior di Kampus. Beban yang diembankan
kepada mahasiswa Baru juga berfariasi dan terkadang tidak dapat diterima oleh
akal sehat kita. Dari membawa peralatan yang diluar logika, ada yang disuruh
merayu lawan jenis, bahkan ada juga yang disuruh menghormati tengkorak selama
beberapa jam. Sungguh menjadi ajang pembunuhan karakter bagi mahasiswa baru dan
sudah barang tentu hal itu menyalahi aturan agama.
Kegiatan
ospek yang sejatinya mengenalkan kawasan kampus, pengenalan dosen, mahasiswa
lama (mala) kepada mahasiswa baru (maba), kini disulap menjadi ajang pembalasan
sakit hati yang sudah terjadi secara turun temurun di kampus. Oleh sebab itulah
para petinggi di universitas sampai mengedarkan surat edaran larangan
mengadakan ospek nomor 2604/H11/KM/2009. Karena dinilai merugikan dan
membahayakan mahasiswa baru.
Namun,
yang namanya mahasiswa yang sudah dari awal tersakiti karena ulah senior yang
diluar batas tidak memupuskan idenya dalam mengospek ulang maba. Ada yang
namanya di poles menjadi silaturrahmi anak baru, pengenalan kampus, dan bahkan
ada yang mengatas namakan baksos. Kalau ditinjau dari bahasa yang dipakai
panitia, otomatis mahasiswa tidak curiga akan terjadinya yang tidak diinginkan
dan bahkan ada yang sangat antusias mengikuti kegiatan yang panitia persiapkan.
Namanya boleh berbeda tetapi konten acaranya senantiasa merujuk kepada rowndown
ospek-ospek sebelumnya.
Memang
tidak ada salahnya jika mahasiswa mengadakan acara penyambutan mahasiswa baru.
Tapi alangkah baiknya, jangan sampai terjadi yang tidak mengenakkan, bahkan
sampai merengut nyawa. Seperti yang terjadi di Universitas Muslim Indonesia, Makasar.
Hampir setiap tahun kita mendengar adanya korban meninggal saat ospek berlangsung.
Jumlah yang sakit, jangan ditanya lagi. Puluhan bahkan ratusan mahasiswa
mengalami sakit akibat ulah para senior kampus yang semena-mena dalam
“mendidik” adik-adik baru.
Universitas
yang harum namanya di Aceh juga tidak mau ketinggalan dalam menorehkan prestasi
buruk bagi orang tua korban. Seperti yang terjadi di Fakultas Pertanian. Salah
seorang mahasiswa baru yang mengikuti –katanya baksos- jatuh pingsan dan bahkan
langsung dibawa puskesmas terdekat, akhirnya diboyong keluarganya ke Medan untuk
menjalani rawat inap selama 3 hari di rumah sakit. Dan sampai detik ini, orang
tua korban tidak mengijinkan anaknya untuk kembali ke kampus yang dipilih
anaknya karena rasa kesal yang dialami oleh orang tua korban. Bagaimana tidak
kesal, jika sang anak kesayangannya di jemur dari pagi sampai tengah hari.
Entah
perlakuan apa yang telah dilakukan seniornya sehingga korban mengalami hal yang
sangat tragis. Rasanya tidak mungkin, ada “baksos” yang menyebabkan mahasiswa
sampai opname selama 3 hari dirumah sakit kalau tidak di “apa-apain”. Itulah
mahasiswa, berbagai upaya dilakukan dalam membalaskan amarahnya, persis seperti
saat seniornya dulu memperlakukan ia dengan keras.
Menurut
opini penulis, ada beberapa alasan mengapa sampai terjadi hal yang sudah diluar
batas ini. Pertama, kurang adanya pengawasan dari dosen. Padahal kalau
kita lihat dari jurusan, sudah memang ada dosen-dosen yang memang ditugaskan
dalam membina mahasiswa. Lagi-lagi memang beberapa mahasiswa yang jahil sengaja
mencari cara agar dosen Pembina tidak hadir pada saat ospek yang tengah
berlangsung. Maka boleh di tebak kejadian apa yang bakal terjadi. Mahasiswa
senior bahkan alumni-alumni yang kurang kerjaan juga ikut “ngusili” maba.
Kedua,
karena ada dendam kesumat dari awal yang telah diwariskan sejak dahulu. Karena
mahasiswa yang mengospek juga mengalami kejadian parah saat mereka di ospek.
Namanya juga mahasiswa baru, kalau menentang atau melawan senior boleh jadi
akan di perparah lagi. Bahkan maba di ancam jika menolak mengikuti ospek yang diadakan
para seniornya. Ketiga, tidak adanya sanksi yang tegas dari pihak Universitas
dalam memberantas tindak kekerasan yang dilakukan para senior-senior di kampus.
Dari kejadian-kejadian jatuh pingsan, dilecehkan dibentak-bentak bahkan di
suruh memakan makanan yang telah dimakan temannya apakah itu bukan tindakan
kekerasan yang semestinya di hentikan. Namun lagi-lagi tidak ada sanksi konkrit
yang diberlakukan pihak kampus dalam mengatasi masalah pelecehan secara tidak
langsung ini. kalaupun ada sanksi khusus yang diberlakukan pihak kampus, namun
tidak ada pemblusukan secara langsung yang dilakukan oleh pihak kampus. seolah-olah
mereka buta dan acuh terhadap tindakan abnormal ini.
Semestinya,
kejadian yang diluar batas itu tidak akan terjadi jika dosen pembinanya peduli
terhadap mahasiswa. Dosen Pembina juga sudah ada jatah khusus yang diberikan
atasan untuk membina mahasiswanya. Jadi sungguh dipertanyakan jika sikap dosen
tersebut acuh terhadap perlakuan kekerasan yang telah dilakukan oleh
mahasiswanya. Yang kedua, semuanya tidak akan terulang apabila mahasiswa yang
sudah terlanjur diospek dengan kekerasan dan perlakuan aneh oleh seniornya
dahulu bisa memaafkan kejadian yang telah mereka alami dahulu. Bukankah
memaafkan lebih indah dari pada pembalasan dendam kepada orang yang salah?
Bahkan dalam agama juga kita telah diajarkan untuk memaafkan dan melenyapkan
sikap dendam yang ada dihati kita. Ketiga, semuanya tidak akan terjadi apabila
sanksi yang diberlakukan dikampus benar-benar berjalan. Agar menjadi memo bagi Mala
yang ingin melecehkan bahkan berlaku kasar kepada mahasiswa baru. perlu adanya
sanksi yang tegas, umpama diskor selama 1 semester atau sanksi yang lain. Yang
dianggap dapat merubah tindakan mahasiswa yang sudah terlanjur “kurang kerjaan”
tersebut.
Ospek
yang baik itu bagaimana?
Ditelaah
dari namanya orientasi pengenalan kampus, berarti ospek bertujuan memberi
pemahaman kepada mahasiswa baru tentang sistem perkuliahan yang baru. Selain
itu dikenalkan bagaimana strategi pembelajaran yang dianut mahasiswa. Oleh
sebab itu ada seminar yang mengupas hal tersebut di masing-masing kampus.
Selain
pengenalan sistem perkuliahan ospek juga bertujuan sebagai ajang silaturrahim
antar maba dengan mala. Caranya mungkin mahasiswa lama lebih mengetahui. Bukan
dengan perlakuan yang semena-mena seperti yang di jelaskan di atas. Gelar Maha
dari siswa juga akan tercoreng jika sampai memperlakukan maba secara tidak
wajar.
Sudah sewajarnya bagi
kita selaku umat yang baik, dapat memilah yang buruk dan memilih yang benar.
Sejatinya mahasiswa baru juga ingin kakak letingnya sayang kepada mereka begitu
juga sebaliknya. Sudah fitrahnya manusia untuk dihargai dan dihormati. Jadi
bagi siapa saja yang ingin dihormati maka mulailah sejak dini menghormati orang
lain. Dan sudah sewajarnya pula bagi mahasiswa baru, jangan sungkan-sungkan
untuk menolak/menentang perbuatan yang di anggap berlebihan daripada ulah
senior yang terkadang usil. Pesan penulis juga kepada pihak kampus agar segera
mengusut tuntas kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada saat ospek berlangsung.
Jangan sampai ada yang meninggal dahulu baru di usut dengan tergopoh-gopoh.
0 comments:
Post a Comment