Middle Child Syndrome adalah Syndrom
mengenai anak tengah yang didasari oleh kesalahan persepsi mengenai sebuah
keluarga, dimana diketahui bahwa keluarga merupakan dasar dari segalanya,
apapun posisi anda di masa yang akan datang diawali oleh keluarga. Menurut Alfred Adler
tentang konsep sudut pandang mengenai perilaku manusia berdasarkan urutan
kelahiran.
·
Anak pertama : menjaga, melindungi, pengatur
yang baik, kecemasan tinggi,
pengkritik.
·
Anak kedua : motivasinya tinggi, suka
bersaing, dapat bekerjasama,
pemberontak, mudah putus asa.
·
Anak ketiga : ambisius, realistis, manja,
tergantung pada orang lain.
·
Anak tunggal : dewasa secara sosial, manja,
ingin selalu menjadi pusat
perhatian, perasaan kerjasama rendah, takut
bersaing.
Jika
dikaji dari logika berfikir Adler, maka jelas bagaimana seharusnya perlakuan
orrang tua terhadap anaknya. Sebelum menikah harus direncanakan ingin punya
anak berapa, misalkan berencana mempunyai anak tiga, itu berarti harus siap
merencanakan bagaimana akan mendidik anak pertama hingga anak ketiga sesuai
posisi kelahiran dan sesuai karakter anak. Selain itu, ketika pasangan suami
istri baru melaksanakan akad nikah laki-laki bertugas sebagai imam alias sang
direktur dan istri sebagai manager dalam keluarga. Karena hal dasar inilah yang
terjadi kemudian adalah gagap kehidupan. Ketika pasangan suami istri menyadari
maka posisi kemudian adalah talent management, satu contoh besar yakni Hasan Al
Banna dimana beliau mampu membuatkan file untuk masing-masing anaknya. Yang
menjadi masalah kemudian adalah problem asuh anak yang terkadang dibebankan
pada ibunya, padahal ayah mempunyai peranan yang serius dalam tumbuhnya anak,
termasuk perlakuan pada anak-anaknya. Selain itu, Middle Child Syndrome berbeda
kasus untuk yang dialami oleh tiga bersaudara dan lima bersaudara. Jika dilihat
dari teori Adler jelas hanya terlihat pada tiga bersaudara sedangkan, jika
lebih dari tiga misalnya lima bersaudara, maka dilihat berapa banyak laki-laki
dan perempuannya. Untuk lima bersaudara, jika lebih banyak laki-laki maka
tipikal keras yang lebih dominan, jika perempuan maka tipikal keperempuanan
yang dominan.
Keluhan yang sering dialami si anak
tengah adalah karena mereka merasa “tak didengar” oleh keluarganya. Karena
seringkali, si anak tengah harus mengikuti apapun keinginan si sulung atau
bungsu, yang akibatnya si anak tengah akan sulit untuk mengutarakan
keinginannya dan selalu mengikuti keinginan orang lain. Untuk mengatasi hal
itu, orang tua harus peka dengan karakter anak untuk mengkomunikasikan segala
hal, bisa dengan dekati anak, ajak mereka jalan-jalan dan pancing dengan
hal-hal yang memungkinkan mereka bercerita kepada orang tua. Orang tua juga
harus mampu bersikap adil dan disiplin.
Jika anaknya masih kecil-kecil maka, kasih tahu mana yang boleh dan jika tidak
boleh katakan kita tidak suka ia melakukan demikian. Kemudian, jarak umur
antara anak pertama, kedua, ketiga dst juga mempengaruhi. Contohnya, kalau
mereka hanya berjarak umur gak jauh 2-5 tahun biasanya bisa menjadi kawan atau
sahabat, jadi tidak ada “pengkastaan” mana kakak mana adik. Jadi, selain peran
orang tua juga perlu peran saudara-saudaranya, karena saudara merupakan orang
terdekat setelah orang tua yang bisa diajak berkomunikasi oleh si anak tengah.
Namun, selain keluhan yang dialami oleh anak tengah karena merasa “tidak
didengar” di dalam keluarga, anak tengah
juga memiliki beberapa keunggulan yaitu :
·
Kebanyakan anak tengah
mudah bergaul dan fleksibel. Hal ini karena anak tengah menjadi jembatan antara
kakak dan adik, dengan begitu mereka dituntut untuk bisa menyesuaikan diri
dengan disiplinnya si kakak dan sikap manja si adik.
·
Anak tengah biasanya
lebih mandiri karena kebanyakan anak tengah tidak mendapatkan perhatian sebesar
si kakak dan si adik.
·
Mereka yang menjadi
anak tengah biasanya lebih kreatif, suka berbagi dan loyal.
·
Anak tengah cenderung
memiliki sikap peace maker.
·
Karena mereka penengah,
maka mereka bisa melihat segala hal dari banyak sisi dan tumbuh menjadi orang
yang mudah berempati pada oraang lain.
Dari
penjelasan di atas maka, dalam hal ini selain diperlukan peran orang tua untuk
dapat bersikap adil kepada anak-anaknya juga diperlukan peran saudara si anak
tengah terutama kakak dan adiknya, karena merupakan orang terdekat yang berada
dengan si anak tengah selain orang tua dan juga karena mereka merupakan orang
yang sangat berperan untuk pembentukan karakter si anak tengah.*)
(Disusun oleh Made Alit Sanjaya berdasarkan hasil diskusi 18 Mei 2014 di Grup FC Pendidikan dan Parenting yang difasilitatori oleh Ridwan)
0 comments:
Post a Comment