Article Update :

Sebuah Analogi Untuk Organisasi Niralaba

Friday, January 4, 2013

Disebuah rumah, terdapat dua orang bersaudara yang sudah tinggal sejak satu tahun yang lalu. Mereka membangun rumah itu bersama-sama. Namun dari hari kehari, terpaan angin, rintisan hujan maupun teriknya matahari membuat rumah itu mengalami kerusakan. Dari atap yang bocor, dinding rumah yang mulai dimakan ulat, dan jendela yang rusak engselnya karena sering dibanting angin.

Suatu hari muncullah niat sang kakak untuk memperbaiki jendela yang sudah renyot itu. Niatnya muncul karena merasa tidak enak dibiarkan begitu saja. Ia perhatikan dengan teliti agar pemasangan jendelanya tidak miring. Sebelum matahari senja mengikis peluhnya, sang kakak telah usai merehap jendelanya. Ia langsung mandi dan melanjutkan aktifitas sebagaimana biasanya, selayaknya yang dilakukan oleh umat muslim. Sewaktu di mesjid ia melihat ada orang yang berpakaian agak lusuh, dan membawa tentengan yang dibungkus kain sarung dipundaknya. Kelihatannya seperti membutuhkan bantuan untuk tempat tinggal. Langsung saja sang kakak mengajak orang lusuh itu untuk tinggal bersamanya. Si lusuh ceria karena mendapat tumpangan rumah tinggal yang ia impikan sejak ia dibuang oleh keluarganya, karena mempunyai penyakit kolera.

Namun seusai pulang dari mesjid, sang kakak dikagetkan oleh pemandangan yang tidak enak. Jendelanya terbuka dan engselnya terlepas kembali. Buru-buru ia masuk kedalam rumah dan melihat ada palu di bawahnya. Fikirannya langsung tertuju kepada adiknya. Adiknya memang orang yang susah diatur. Sering menjadi buah bibir bagi masyarakat dikampung itu. Apabila ada nasehat sang kakak, hanya sebentar bisa bertahan di ingatannya. Selanjutnya ia akan membuat kerusakan kembali.

“haha, rumah sampean aja tidak bisa diurus. Gimana mau ngajak saya tinggal disitu?” ketus sang lusuh disaat sang kakak kelihatan keheranan karena jendela rumahnya rusak. “urus aja dulu rumah sampean, setelah itu baru sampean ajak saya kerumah.” Sambung si lusuh seraya pergi meninggalkan rumah dua bersaudara itu.

Sang kakak hanya bisa terdiam, tidak mau angkat bicara untuk menimpali ejekan si lusuh. Ia beristighfar serta  mengingat kesalahan-kesalahan yang pernah ia buat. Ia beranggapan bahwa kesalahannya saat ini dikarenakan manivestasi dosanya terdahulu.

Sang kakak yang terkenal sangat arif dimata masyarakat langsung menjumpai adiknya. Ia menasehati adiknya dengan lebih tegas, dikarenakan sudah sering kali ia menasehati adiknya dengan cara yang perlahan, namun tidak membuahkan hasil yang maksimal. Kali ini ia mencoba untuk lebih tegas dari sebelumnya.

“dik, kita Cuma tinggal berdua dirumah ini, mengapa adik rusakkan lagi jendelanya? Kalau jendelanya rusak, kan adik juga yang sulit tidur. Mulai saat ini, kalau adik masih merusak rumah ini, maka adik akan kakak pindahkan kerumah nenek” tidak biasanya sang kakak mengancam adiknya seperti itu, langsung ia beristighfar dan meninggalkan adiknya untuk masuk kekamarnya.

Sang adik langsung tersadar, mungkin karena ancaman sang kakak yang begitu berat ia pun bertekad untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi. Cepat-cepat ia menyusul kakaknya kekamar dan meminta maaf kepada sang kakak. Sang kakak akhirnya lega dan mengucap hamdalah.

Ikhtibar:
Jika kita kaitkan kepada organisasi yang kita geluti saat ini, maka kita dapat menyimpulkan:

1.  Kita harus memperbaiki diri kita terlebih dahulu, baru kemudian memperindah organisasi kita.
2.  Saat ada sahabat kita yang hendak merusak organisasi kita, maka cegahlah, dan berilah peringatan.
3.  Jangan membuat peringatan yang diluar batas kemampuan teman kita di organisasi.
4.  Setelah organisasi kita sudah kelihatan punya kemampuan untuk beradaptasi, maka ajaklah orang   lain untuk bergabung bersama organisasi yang kita geluti.
5.  Saat orang lain mengejek organisasi kita, maka janganlah langsung marah, kita harus melihat lagi mungkin ada kesalahan kita saat mengajak orang lain.
6.  Lihat kembali masalah mana yang terbesar, masalah ejekan orang itu, ataukah personil yang berada di organissasi kita.
7.  Jikalaulah ada para anggota yang tidak bisa diingatkan sekali atau dua kali, maka berilah masukan yang lebih tegas, agar ia lebih respek terhadap apa yang kita maksudkan. Bukan menyuruhnya keluar dari organisasi.
8.  Ada yang mau menambahkan kesimpulannya? Silahkan berikan komentar dibawah ini. 

Mungkin itulah sekelumit analogi untuk organisasi niralaba. Sebenarnya ada satu lagi, ceritanya, tapi nanti ya teman-teman. Ada waktunya, atau mungkin ada teman-teman yang sudah mengetahui satu lagi analogi sebuah rumah ini, bisa dikirimkan tulisannya.
Share this Article on :

1 comments:

Post a Comment

 

© Copyright Muhammad Irfan Redha 2012 -2013 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by M.Irfan Redha | Powered by Blogger.com.