Article Update :

Pengalaman Satu Ramadhan (HKN)

Sunday, June 29, 2014



Hari ini adalah hari dimana umat muslim yang “beriman” mulai berpuasa. Lain halnya bagi saya, saya sudah puasa sejak saya kecil, (just kidding). Hari ini tanggal 29 juni sebenarnya bertepatan dengan hari keluarga nasional. Dimana seluruh manusia sejatinya mensyukuri karena mereka masih punya keluarga, setidaknya keluarga seiman.

Belajar dari kakek tua
Berawal sejak sholat tarawih tadi malam, saya lebih banyak merenung. Tepat disamping kanan saya ada orang tua yang sholatnya susah sekali hendak sujud dan berdiri. Usianya yang sudah tergolong tua ternyata tidak menyurutkan semangatnya untuk mengambil bagian dalam meraih keridoan dari Allah SWT. Bagaimana dengan saya yang masih tergolong muda, yang semangatnya masih mentereng, dan masih sanggup untuk melakukan sholat tanpa masalah sedikitpun.

Saya mencoba merenung kembali saat ashar telah tiba, ada seorang kakek-kakek yang tengah dibopong anak/menantunya. Matanya yang telah dilapisi dengan kacamata tebal dan berjalan dengan meraba-raba. Kakinya juga seperti enggan untuk melangkah karena terasa berat akibat sakit yang ia derita, namun yang menjadi pelajarannya ialah ketika ia hendak menaiki tiga anak buah tangga, ia tidak ingin dibantu walaupun saat itu saya sudah memegang tangannya. Satu anak tangga telah ia lalui dengan susah payah, namun pada anak tangga kedua dan ketiga saya tidak piker panjang langsung saja mengangkat tangannya. Saat saya mencoba untuk membantu, kakek tersebut hanya diam dan tidak memberikan perlawanan. Namanya juga sudah berumur, emosi juga tidak stabil lagi, dan yang paling saya salut ketika ia mencari kursi pribadinya yang ada di mushalla itu. Pelan-pelan ia meraba dinding dan ternyata berhasil walaupun sempat menyepak jamaah yang lain. Salut dengan semangat ibadahnya.

Sahur tanpa “garam asin”
Sahur tahun ini memang tanpa ditemani sama keluarga kandung, namun masih sangat berbahagia karena bisa sahur bersama kakek angkat yang ditempat saya tinggal. Sambil menghidupkan tv yang menyiarkan pertandingan Columbia vs Ecuador kami mulai melahap sahur yang istimewa dimeja makan berdua. Suapan demi suapan mengisi ruang perut kami yang sudah mulai kosong. Tidak banyak, hanya satu piring. Karena teringat pesan rasulullah, makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang. Sahur yang nikmat walaupun tidak disisi mamak dan bapak. Namun tidak mengapa, rindu pun terobati setelah saya mencoba untuk menelpon mamak yang barusan juga sahur. Salaupun sahur ini tidak asin, namun tidak hambar ketika dirasa oleh hati.

Lidah harus senantiasa basah
Subuh itu subuh yang paling banyak jamaahnya semenjak saya sholat di daerah ini. Harapannya kondisi iman kita senantiasa berada diregional yazid (naik). Selepas subuh, tidak lupa pula untuk mencoba membaca Alqur’an dengan tartil, walaupun diganggu oleh banyaknya suara hp yang berbunyi, namun pagi itu berhasil lebih kurang lima lembar. Teringat kata ustad sewaktu dikampung yang saat ini ustad itu sedang menderita stroke, (semoga Allah memberikan kesembuhan atas sakit yang tengah beliau derita). Ustad berkata “Basahilah mulutmu dengan air liur yang saat itu kamu sedang membaca ayat-ayat Alqur’an, bukan dengan berghibah”. Dilain hari ustad juga bilang kalau kamu hendak lancar berbicara dengan orang lain, maka senantiasa memperlancar bacaan Alqur’an.

Diskusi “penting”
Penting merupakan sebuah singkatan dari pendidikan dan parenting. Dimana minggu ini topiknya tentang “pola pengasuhan anak”. Diskusi yang dijadwalkan dari pukul enam pagi dan berakhir sampai delapan pagi. Memang saya tergabung kedalam keluarga kunang-kunang yang didalamnya berisi orang-orang yang sangat menginspirasi, dan tiap pekannya ada diskusi melalui Whatsapp.

Kesimpulan secara singkat tentang diskusi hari ini adalah, untuk menyelaraskan tujuan pengasuhan anak khususnya dalam hal pendidikan maka perlu adanya komunikasi yang baik dikeluarga dan libatkan anak dalam diskusi tersebut serta melakukan pilihannya karena jaman anak dan jaman orang tua itu berbeda. Bentuk anak sesuai dengan jamannya dan orang tua siap untuk mendampingi, mendukung, dan mengawasi serta memahami kemampuan anak. Tak lupa kesepakatan dengan pola pendidikan yang dipilih dengan siap atas konsekuensi positif maupun negatifnya.

Mungkin hari ini sekian tentang pengalaman semenjak ashar kemarin hingga ashar hari ini. mudah-mudahan saya bisa konsisten untuk terus menulis minimal satu lembar perhari. Maaf jika ada kata yang salah, perbanyak kritik dan saran agar tulisan-tulisan berikutnya enak dibaca.

Targetan hari ini dua juz beserta artinya. Mudah-mudahan pembaca juga menargetkan khataman Alqurannya.
Share this Article on :

0 comments:

Post a Comment

 

© Copyright Muhammad Irfan Redha 2012 -2013 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by M.Irfan Redha | Powered by Blogger.com.