Hari ini adalah hari dimana umat muslim yang “beriman” mulai
berpuasa. Lain halnya bagi saya, saya sudah puasa sejak saya kecil, (just
kidding). Hari ini tanggal 29 juni sebenarnya bertepatan dengan hari keluarga
nasional. Dimana seluruh manusia sejatinya mensyukuri karena mereka masih punya
keluarga, setidaknya keluarga seiman.
Belajar dari kakek tua
Berawal sejak sholat tarawih tadi malam, saya lebih banyak
merenung. Tepat disamping kanan saya ada orang tua yang sholatnya susah sekali
hendak sujud dan berdiri. Usianya yang sudah tergolong tua ternyata tidak
menyurutkan semangatnya untuk mengambil bagian dalam meraih keridoan dari Allah
SWT. Bagaimana dengan saya yang masih tergolong muda, yang semangatnya masih mentereng,
dan masih sanggup untuk melakukan sholat tanpa masalah sedikitpun.
Saya mencoba merenung kembali saat ashar telah tiba, ada
seorang kakek-kakek yang tengah dibopong anak/menantunya. Matanya yang telah
dilapisi dengan kacamata tebal dan berjalan dengan meraba-raba. Kakinya juga
seperti enggan untuk melangkah karena terasa berat akibat sakit yang ia derita,
namun yang menjadi pelajarannya ialah ketika ia hendak menaiki tiga anak buah
tangga, ia tidak ingin dibantu walaupun saat itu saya sudah memegang tangannya.
Satu anak tangga telah ia lalui dengan susah payah, namun pada anak tangga
kedua dan ketiga saya tidak piker panjang langsung saja mengangkat tangannya. Saat
saya mencoba untuk membantu, kakek tersebut hanya diam dan tidak memberikan
perlawanan. Namanya juga sudah berumur, emosi juga tidak stabil lagi, dan yang
paling saya salut ketika ia mencari kursi pribadinya yang ada di mushalla itu. Pelan-pelan
ia meraba dinding dan ternyata berhasil walaupun sempat menyepak jamaah yang
lain. Salut dengan semangat ibadahnya.
Sahur tanpa “garam asin”
Sahur tahun ini memang tanpa ditemani sama keluarga kandung,
namun masih sangat berbahagia karena bisa sahur bersama kakek angkat yang
ditempat saya tinggal. Sambil menghidupkan tv yang menyiarkan pertandingan Columbia
vs Ecuador kami mulai melahap sahur yang istimewa dimeja makan berdua. Suapan demi
suapan mengisi ruang perut kami yang sudah mulai kosong. Tidak banyak, hanya
satu piring. Karena teringat pesan rasulullah, makanlah sebelum lapar dan
berhentilah sebelum kenyang. Sahur yang nikmat walaupun tidak disisi mamak dan
bapak. Namun tidak mengapa, rindu pun terobati setelah saya mencoba untuk
menelpon mamak yang barusan juga sahur. Salaupun sahur ini tidak asin, namun
tidak hambar ketika dirasa oleh hati.
Lidah harus senantiasa basah
Subuh itu subuh yang paling banyak jamaahnya semenjak saya
sholat di daerah ini. Harapannya kondisi iman kita senantiasa berada diregional
yazid (naik). Selepas subuh, tidak lupa pula untuk mencoba membaca Alqur’an
dengan tartil, walaupun diganggu oleh banyaknya suara hp yang berbunyi, namun
pagi itu berhasil lebih kurang lima lembar. Teringat kata ustad sewaktu
dikampung yang saat ini ustad itu sedang menderita stroke, (semoga Allah
memberikan kesembuhan atas sakit yang tengah beliau derita). Ustad berkata “Basahilah
mulutmu dengan air liur yang saat itu kamu sedang membaca ayat-ayat Alqur’an,
bukan dengan berghibah”. Dilain hari ustad juga bilang kalau kamu hendak lancar
berbicara dengan orang lain, maka senantiasa memperlancar bacaan Alqur’an.
Diskusi “penting”
Penting merupakan sebuah singkatan
dari pendidikan dan parenting. Dimana minggu ini topiknya tentang “pola
pengasuhan anak”. Diskusi yang dijadwalkan dari pukul enam pagi dan berakhir
sampai delapan pagi. Memang saya tergabung kedalam keluarga kunang-kunang yang
didalamnya berisi orang-orang yang sangat menginspirasi, dan tiap pekannya ada
diskusi melalui Whatsapp.
Kesimpulan secara singkat tentang diskusi hari ini adalah,
untuk menyelaraskan tujuan pengasuhan anak khususnya dalam hal pendidikan maka
perlu adanya komunikasi yang baik dikeluarga dan libatkan anak dalam diskusi
tersebut serta melakukan pilihannya karena jaman anak dan jaman orang tua itu
berbeda. Bentuk anak sesuai dengan jamannya dan orang tua siap untuk
mendampingi, mendukung, dan mengawasi serta memahami kemampuan anak. Tak lupa
kesepakatan dengan pola pendidikan yang dipilih dengan siap atas konsekuensi
positif maupun negatifnya.
Mungkin hari ini sekian tentang pengalaman semenjak ashar
kemarin hingga ashar hari ini. mudah-mudahan saya bisa konsisten untuk terus
menulis minimal satu lembar perhari. Maaf jika ada kata yang salah, perbanyak
kritik dan saran agar tulisan-tulisan berikutnya enak dibaca.
Targetan hari ini dua juz beserta artinya. Mudah-mudahan
pembaca juga menargetkan khataman Alqurannya.
0 comments:
Post a Comment