Article Update :

Apakah Dia yang Terbaik Untukku?

Friday, July 4, 2014


“Sukses dalam pernikahan tidak hanya datang dari mendapatkan pasangan yang tepat, tapi juga melaluinya sebagai pasangan yang tepat.” (Barnett R Brickner)

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain, atau dengan kata lain membutuhkan orang lain dalam menjalani dan mempertahankan kehidupannya. Untuk membagi kedekatan emosional dan fisik serta berbagai macam tugas dan sumber-sumber ekonomi melalui komitmen emosional dan hukum dari dua orang yaitu dengan pernikahan.
1. Pasangan seorang pria dan seorang wanita yang membentuk rumah tangga atau keluarga dalam suatu ikatan pernikahan pada dasarnya merupakan naluri manusia sebagai makhluk sosial guna melangsungkan kehidupannya.
2. Keberhasilan membangun suatu keluarga dalam ikatan pernikahan tidak terlepas dari keberhasilan setiap individu dalam melalui berbagai tahap sebelum pernikahan. Salah satunya adalah menentukan pasangan hidup yang tepat. Pasangan hidup yang tepat menjadi faktor yang penting dalam keberhasilan sebuah pernikahan untuk membangun keluarga harmonis. Keluarga bisa harmonis apabila diawali dengan memilih pasangan yang tepat sehingga dapat menjalani sebuah kehidupan keluarga yang rukun serta bisa dilanjutkan dengan proses memelihara keharmonisan keluarga.

 3. Beberapa faktor yang perlu untuk dipertimbangkan dalam menentukan pasangan hidup yang tepat diantaranya terdiri dari prinsip hidup dan visi hidup (impian). Dua hal tersebut penting untuk diketahui dari masing-masing individu sebelum bersatu sebagai satu pasangan, karena keduanya merupakan faktor yang utama untuk dapat melihat visualisasi kehidupan ke depannya. Dalam hal ini biasanya masing-masing orang sebelumnya sudah memiliki kriteria tertentu terkait prinsip dan visi ideal yang diharapkannya ada pada calon pasangannya sehingga bisa membandingkan antara kriteria yang ada dengan kenyataan yang ditemui. Sebagai individu yang menganut agama dan kepercayaan tertentu biasanya faktor agama juga menjadi pertimbangan tersendiri dalam menentukan pasangan.

 Penentuan pasangan yang tepat juga tidak lepas dari peran orangtua sebagai pihak yang dapat memberikan pertimbangan pada anaknya tentang kriteria ideal dari pasangan. Pada beberapa kasus terdapat orangtua yang memiliki pengaruh dominan terhadap anaknya dalam menentukan pasangan hidup. Namun ada juga orangtua yang hanya menjadi pihak fasilitator untuk anak-anaknya dalam proses menentukan pasangan yang tepat untuk masa depan mereka. Seringkali terdapat perbedaan signifikan diantara pandangan orangtua dan anak mengenai perspektif pasangan yang tepat atau kriteria ideal dari pasangan. Komunikasi menjadi hal penting disini untuk mencapai suatu mufakat di antara orangtua dan anak mengenai hal tersebut. Proses komunikasi yang terencana dan tidak dibumbui emosi negatif akan berpengaruh baik pada pencapaian mufakat antara orangtua dan anak.

 Tahap yang tidak kalah penting dalam menentukan pasangan yang tepat adalah tahap meyakinkan diri sendiri. Biasanya tahap ini menjadi tahapan yang cukup sulit karena masing-masing individu sering terjebak dalam penilaian terhadap kelebihan dan kekurangan calon pasangannya. Terjebak dalam penilaian yang berlebihan terhadap calon pasangan dapat menjelma menjadi sebuah obsesi yang nantinya memunculkan kekecewaan saat berbagai kekurangan dari calon pasangan baru diketahui setelah menikah. Maka dari itu setiap individu perlu untuk mengenali calon pasangannya dengan lebih mendalam melalui cara yang baik untuk membantu proses meyakinkan diri dalam menentukan pasangan yang tepat. Dalam proses mengenali calon pasangan, aspek perasaan akan melibatkan dirinya sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi penilaian individu terhadap calon pasangannya. Biasanya perasaan yang mengandung kecenderungan tertentu dari seseorang pada calon pasangannya dapat dengan mudah menipu penglihatan objektif individu tersebut dalam menilai calon pasangannya. Oleh karena itu perlunya dilibatkan juga pendengarannya untuk menilai calon pasangan melalui reputasinya di mata teman-temannya, keluarganya, dan orang-orang yang sudah mengenal si calon lebih baik. Sifat dari sebuah reputasi dalam menilai seseorang itu lebih teruji keobjektifannya dan bertahan lama.

 Pergulatan antara logika atau penalaran dan perasaan biasanya akan terjadi dalam proses menentukan pasangan hidup yang tepat bagi masing-masing orang. Terkadang perasaan yang berkecenderungan menjadi pemantik awal bagi seseorang untuk menyadari keberadaan calon pasangannya yang kemudian akan berlanjut pada tahap mengenal lebih dalam dan menilai si calon pasangan dengan keterlibatan penalaran atau logika. Namun ada juga yang mendahulukan penalaran dan logikanya dalam menilai calon pasangan yang ideal dan percaya bahwa kecenderungan perasaan akan muncul seiring meningkatnya intensitas komunikasi di antara keduanya. Logika dan perasaan, keduanya merupakan alat yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia dan perlu dikombinasikan secara optimal dalam mengambil keputusan mengenai penentuan pasangan yang tepat.

(21 Juni 2014, Group #FC4)
Pemantik: Maghleb Yudinna FIM 1; Qadr Jatsiyah FIM 4
Notulis: Elis Siti Toyibah FIM 14B

  
1Olson, David H, John DeFrain.1994. Family strengths and coping strategies. In Marriage and the family: Diversity and strengths. Mountain View, CA: Mayfield, 563-575.
 2Yuniati, Rini. 2013. Karir sebagai Motivasi dan Pengembangan Diri Wanita yang Menunda Menikah. Universitas Pendidikan Indonesia.
3http://www.balikpapanpos.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=88884
Share this Article on :

0 comments:

Post a Comment

 

© Copyright Muhammad Irfan Redha 2012 -2013 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by M.Irfan Redha | Powered by Blogger.com.